(foto sumber: google)
Posted by Sejarah Indonesia Friday, November 13, 2015
Sejarah
Pertempuran Surabaya – Pada tanggal 25 Oktober 1945 Brigade 49 di bawah
pimpinan Brigadir Jenderal AW.S Mallaby mendarat di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Brigade ini merupakan bagian dari divisi India ke-2, di bawah pimpinan Jenderal
D.C. Hawthorn. Mereka mendapat tugas melucuti tentara Jepang dan menyelamatkan
tawanan sekutu.
Pasukan ini
berkekuatan 6000 personil di mana perwira-perwiranya kebanyakan orang-orang
Inggris dan prajuritnya orang-orang Gurkha dan Nepal yang ber[engalaman perang.
Rakyat dan pemerintahan Jawa Timur di bawah pimpinan gubernur R.M.T.A Suryo
semula enggan menerima kedatangan sekutu – Sejarah Pertempuran Surabaya.
Kemudian antara wakil-wakil pemerintahan RI dan Brigjen AW.S. Mallaby
mengadakan pertemuan yang menghasilkan kesepakatan sebagai berikut:
1.)
Inggris berjanji mengukutsertakan Angkatan
Perang Belanda.
2.)
Disetujui kerja sama kedua belah pihak
untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
3.)
Akan dibentuk kontak biro agar kerja sama
berjalan lancar.
4.)
Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
Pada tanggal 26 Oktober 1945 pasukan sekutu
melanggar kesepakatn terbukti melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka
akan membebaskan para tawanan Belanda diantaranya adalah Kolonel Huiyer.
Tindakan ini dilanjtkan dengan penyebaran pamflet-pamflet yang berisi perintah
agar rakyat Surabaya menyerahkan senjata-senjata mereka.rakyat Surabaya dan TKR
bertekan akan mengusir sekutu dari bumi Indonesia dan tidak akan menyerahkan
senjata mereka.
Kontak senjata antara rakyat Surabaya
dengan tentara Inggris terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945. Para pemuda dengan
gigih dapat melumpuhkan tank-tank sekutu dan berhasil menguasai objek-objek
vital. Strategi yang digunakan rakyat Surabaya adalah dengan mengepung dan
menghancurkan pemusatan-pemusatan tentara Inggris kemudian melumpuhkan hubungan
logistiknya.
Serangan tersebut mencapai kemenangan yang
gemilang walaupun dipihak kita banyak jatuh korban. Pada tanggal 29 Oktober
1945 Bung Karno beserta Jenderal D.C. Howthron tiba di Surabaya. Dalam perundingan
antara pemerintah RI dengan Mallaby dicapai kesepakatan untuk menghentikan
kontak senjata. Kesepakatan ini dilanggar oleh pihak sekutu. Dalam satu
insiden, Jenderal Mallaby terbunuh.
Dengan terbunuhnya Mallaby, pihak Inggris menuntut
pertanggungjawaban kepada rakyat Surabaya. Pada tanggal 9 November 1945 Jenderal
E.C. Mansergh sebagai pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum kepada bangsa
Indonesia di Surabaya.
Ultimatum ini isinya agar rakyat Surabaya
beserta pemimpin-pemimpinnya menyerahkan diri dengan senjata, mengibarkan
bendera merah putih, dan dengan tanga di atas kepala berbaris satu-persatu,
jika pada pukul 06.00 ultimatum ini tidak diindahkan maka Inggris akan
mengerahkan seluruh kekuatan darat, kekuatan laut, dan udara.
Ultimatum ini dirasa menghina terhadap bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai tetap lebih cinta
kemerdekaan. Oleh karena itu rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut secara
resmi melalui pernyataan Gubernur Suryo.
Karena penolakan ultimatum itu, maka
meletuslah pertempuran pada 10 November 1945. Melalui siaran radio yang
dipancarkan dari Jl. Mawar No. 4, Bung Tomo membakar semangat juang arek-arek
Surabaya. Kontak senjata pertama terjadi di Perak sampai pukul 18.00.pasukan
sekutu di bawah pimpinan Jenderal Mansergh mengerahkan satu divisi infantry
sebanyak 10.000 – 15.000 orang dibantu tembakan dari laut oleh kapal perang
penjelajah “Sussex” serta pesawat tempur “Mosquito” dan “Thunderbolt”.
Dalam pertempuran di Surabaya ini seluruh
unsur kekuatan rakyat bahu-membahu, baik dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar,
Polisi Istimewa, BBI, PTKR, maupun TKR laut di bawah komandan pertahanan kota,
Soengkono.
Pertempuran yang berlangsung sampai akhir
November 1945 ini rakyat Surabaya berhasil mempertahankan kota Surabaya dari
gempuran Inggris walaupun jatuh korban yang banyak dari pihak Indonesia. Oleh karena
itu setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati Hari pahlawan. Hal
ini sebagai penghargaan atas jasa para pahlawan di Surabaya yang mempertahankan
tanah air Indonesia dari kekuasaan asing.
Yogyakarta, 10 November 2017
Diskusi Majelisan #3
Komentar
Posting Komentar