Pernahkan kita berfikir mengenai kesejatian, akupun tidak pernah berfikir kritis mengenai kesejatian hidup ataupun kesejatian kita dihidupkan, mengapa Allah lebih memilih kita yang hidup saja daripada jutaan bahkan miliyaran benih manusia yang terbuang sia-sia. Hidup itu untuk siapa dan untuk apa kita hidup, kemana kita hidup dan dari mana asal kehidupan kita yang sering kali ditelusuri oleh manusia hanya piranti kehidupan dan pendamping kehidupan saja mungkin kamu dan aku salah satunya, namun kemarin dan besok dari kehidupan itu yang masih menjadi misteri.
Penting gak to memikirkan kesejatian hidup ini apa kita nantinya cuma dapat pahala dan kebanggaan saja kalau kita udah menemukan arti kehidupan ini, atau malah justru membuang-buang waktu dan pikiran saja untuk menggali makna hidup ini, toh dipikir dan gak dipikir juga masih dapat oksigen dari Allah untuk bernafas dan gak mati ataupun aneh jika gak melakukan pencarian itu.
Oh tidak aku teringat dengan orang yang sangat optimis bahwa dia telah menemukan arti kehidupannya dan dengan terang-terangan membanggakan dan sombong atas perilakunya seolah-olah dia yang benar dan selaras dengan maunya Tuhan, tentu aku gak mau jadi itu, namun bagaimana aku menghindar dari sifat itu aku sendiri juga masih lemah dan tidak tahu kejelasan dari kebenaran dan keburukan roda hidup ini.
Dalam benak kecilku seketika memberontak, “tapi setidaknya aku harus mencari arti kehidupan ini” entah benar atau tidak yang penting baik dan tidak merugikan orang lain, pun udah lumayan lah buat levelmu haha. Tapi benar juga dengan cara mencari kebenaran itu harapannya bisa ada planing atau perencanaan yang baik dalam kehidupan ibarat mau ke Semarang ada google maps yang memperlihatkan arah dan jalan yang baik, nah ada opsi yang kita pilih untuk menuju akhir dari tujuan kita.
Kembali lagi ke tujuan, itu tujuan kita kemana dan dapat loyalty apa dari Allah yang merupakan kesejatian hidup, apakah surga sebagai sebaik-baiknya tempat yang Allah ciptakan ataupun bertemu dengan Allah dengan sejuta suguhan kenikmatannya. Mungkin ini yang paling banyak dipikirkan kalian ialah bertemu dengan Tuhan dengan penuh kegembiraan dan kesucian jiwa yang patuh dan teruhuhuhuhuhuhu* (gak bisa membayangkan dan memikirkan nikmatnya).
Memulainya dari kesadaran akan tujuan, baru kita melangkah apa yang baik dan bisa secepatnya sampai sana (bertemu dengan Allah) tanpa jalan yang yang sulit dan rintangan gempuran atau bahkan ujian yang bertubi-tubi itu, apa yang bisa kita lakukan dan bagaimana kita bersahabat tidak hanya dengan kenikmatan melainkan dengan ujian cobaan atau hukuman dari Allah. Dah lah kita cari bersama dan jalani aja dulu nanti jawabannya belakangan yak…
J-Walk, 13 Desember 2021
Penulis: Mujiyono
Komentar
Posting Komentar