Di setiap kumpulan manusia selalu ada perbedaan. Yang membuat seseorang merasa tidak nyaman adalah tidak adanya penerimaan perbedaan itu. Jika perbedaan masih dipandang sebagai sebuah ancaman, maka keseimbangan tidak akan pernah terwujud. Istilah sederhana dari itu adalah sebuah pelangi akan terlihat indah apabila semua warna bisa berjalan beriringan. Sebuah kumpulan manusia akan menciptakan peradaban yang mempunyai keharmonisan apabila bisa menyatukan tujuan dan memberikan rasa toleransi atas segala latar belakang.
Kesediaan seseorang untuk menjadi berbeda menjadi langkah yang sejak awal harus dilakukan. Pemahaman tentang ini masih tertutup oleh ego masing-masing. Akhirnya membentuk kerak di dalam pikiran. Bahwa hal yang sangat sulit untuk dilawan adalah ego sendiri. Sigmun Freud mengatakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari tiga komponen yang salah satunya adalah ego. Ego mempunyai arti bagian diri yang bertujuan untuk mencari persetujuan dari orang sekitar. Ego juga memiliki kecenderungan untuk menyalahkan orang lain atas segala masalah yang telah terjadi.
Yang membuat perbedaan dalam suatu kumpulan manusia salah satunya yaitu sejarah, letak geografi, dan budaya. Setiap orang atau kelompok yang mempunyai perbedaan sejarah akan menghasilkan keputusan-keputusan yang sama sekali berbeda. Sejarah ini berasal dari beberapa macam yaitu sejarah keluarga, sejarah negara, dan sejarah pendidikan. Ha-hal ini menjadikan perbedaan yang bersifat struktural. Lalu perbedaan letak geografi mempunyai efek yang nyata dalam keadaan tertentu. Bahwa seseorang yang tinggal di daerah dataran tinggi akan berbeda pikiran dan sikap dengan seseorang yang tinggal di dataran rendah. Karena alam memaksa mereka untuk menyelesaikan masalah dengan keterbatasan yang alamiah. Dan budaya juga mempunyai kesempatan yang sama untuk menimbulkan perbedaan di tengah lingkungan bersama. Misalnya kebiasaan berbudaya di pedesaan akan berbeda dengan kebiasaan berbudaya di perkotaan. Sebab, salah satunya di pedesaan masih ditemui budaya gotong royong dibandingkan di perkotaan. Jika hal ini dihitung secara kuantitatif akan terjadi perbedaan.
Di dunia internasional muncul dua golongan yang saling berbeda pandangan. Pertama, Individualisme. Individualisme merupakan satu filsafat yang memiliki pandangan moral, politik, dan sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggungjawab dan kebebasan sendiri. Seorang individualis akan melanjutkan percapaian dan kehendak pribadi. Kedua, Kolektivisme. Kolektivisme adalah pendirian moral, filsafat politik, ideologi, atau pandangan sosial yang menjunjung kelompoknya dan kepentingannya. Kolektivis berfokus pada masyarakat atau kepentingan nasional dalam berbagai jenis sistem politik, ekonomi, dan pendidikan.
Perbedaan-perbedaan ini sudah cukup mengakar di tengah pergulatan seseorang atau kelompok. Kemampuan yang harus dimiliki oleh orang yang hidup di wilayah “berbeda” adalah keterbukaan. Hal ini menjadi penting sebagai jembatan pemikiran dan rasa emotional. Keterbukaan harus diimbangi dengan pengetahuan yang luas. Agar bisa menyambungkan hal-hal yang berbeda bahkan yang tidak ada hubungannya sekalipun.
Kecakapan untuk menghubungkan sesuatu masih menjadi barang langka. Kecenderungan yang terjadi biasanya hanya membuat keputusan dari percakapan satu arah. Tanpa mempertimbangkan segala sesuatu yang akan terjadi dari keputusan itu. Lalu faktor yang bisa membantu proses keterbukaan adalah daya imajinasi yang kuat. Imajinasi tidak hanya berarti fiksi, tetapi lebih dari itu bisa membuat keputusan dari cara memandang yang bersifat visioner.
Jika semua sektor ini bisa dilakukan dengan penuh ketelitian dan ketahanan, maka akan menghasilkan suatu keadaan yang kondusif dan solusi-solusi yang universal. Hingga akhirnya segala bentuk perbedaan bisa berfungsi sebagaimana adanya.
Penulis: Abdul Malik Karim
Komentar
Posting Komentar